Smoking is highly addictive, don't start

don't make them breathe your smoke

Smoking when pregnant harms your baby

Smokers die younger
World Health Day 2011 web button

Saatnya Kita Lindungi Anak dan Perempuan dari Bahaya Rokok/Tembakau

Senin, 31 Mei 2010


Memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia 31 Mei 2010,…
Penggunaan rokok/tembakau merupakan salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia. Saat ini diperkirakan ada lebih dari satu milyar perokok di dunia. Secara global, penggunaan produk tembakau memang meningkat, meskipun terjadi penurunan di negara-negara maju. Hampir setengah dari anak-anak di dunia menghirup udara tercemar asap rokok/tembakau. epidemi saat ini beralih ke negara berkembang. Lebih dari 80% dari perokok di dunia tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Dalam setahun rata-rata satu orang meninggal setiap enam detik dan menjadi satu dari 10 kematian orang dewasa di seluruh dunia. Tembakau membunuh sampai setengah dari semua penggunanya dan menjadi faktor risiko untuk enam dari delapan penyebab utama kematian di dunia. Jika kecenderungan ini terus berlangsung, maka diperkirakan akan ada satu miliar kematian pada abad ke-21 akibat penggunaan tembakau. Kematian terkait tembakau akan meningkat menjadi lebih dari delapan juta per tahun pada tahun 2030 dan 80% dari kematian akan terjadi di negara berkembang

Tingginya populasi dan konsumsi rokok menempatkan Indonesia menduduki urutan ke-5 konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang dengan konsumsi 220 milyar batang pada tahun 2005. Padahal rokok/tembakau dapat menyebabkan berbagai penyakit tidak menular seperti jantung dan gangguan pembuluh darah, stroke, kanker paru, dan kanker mulut. Di samping itu, rokok juga menyebabkan penurunan kesuburan, peningkatan insidens hamil diluar kandungan, pertumbuhan janin (fisik dan IQ) yang melambat, kejang pada kehamilan, gangguan imunitas bayi dan peningkatan kematian perinatal. Rokok mengandung lebih dari empat ribu bahan kimia, termasuk 43 bahan penyebab kanker yang telah diketahui, sehingga lingkungan yang terpajan dengan asap rokok/tembakau juga dapat menyebabkan bahaya kesehatan yang serius.Di masa mendatang masalah kesehatan akibat rokok di Indonesia semakin berat karena 2 diantara 3 orang laki-laki adalah perokok aktif. Lebih bahaya lagi karena 85,4% perokok aktif merokok dalam rumah bersama anggota keluarga sehingga mengancam keselamatan kesehatan lingkungan. Selain itu, 50 persen orang Indonesia kurang aktivitas fisik dan 4,6 persen mengkonsumsi alkohol. Lebih 43 juta anak Indonesia serumah dengan perokok dan terpapar asap tembakau. Padahal anak-anak yang terpajan asap rokok/tembakau dapat mengalami pertumbuhan paru yang lambat, lebih mudah terkena bronkitis dan infeksi saluran pernapasan dan telinga serta asma. ”Kesehatan yang buruk di usia dini menyebabkan kesehatan yang buruk di saat dewasa”.

Industri tembakau secara terus menerus dan agresif mencari pengguna baru untuk menggantikan mereka yang berhenti dan pengguna saat ini yang hingga setengahnya nanti akan mati prematur akibat kanker, serangan jantung, stroke, PPOK dan penyakit lainnya yang terkait dengan penggunaan tembakau. Sasaran untuk memperbanyak penggunaan tembakau saat ini adalah kalangan perempuan. Itu karena saat ini perempuan yang merokok atau pengguna tembakau lebih sedikit daripada laki-laki. Hanya sekitar 9% dari perempuan merokok, dibandingkan dengan 40% laki-laki. Dari sekitar satu milyar perokok di dunia, hanya sekitar 200 juta adalah perempuan. Sehingga merupakan kesempatan besar untuk menargetkan pemasaran tembakau di kalangan perempuan. Epidemi penggunaan tembakau adalah menurun lambat di beberapa negara dan penggunaan dikalangan perempuan di beberapa negara makin meningkat. Di beberapa negara, anak perempuan lebih banyak yang merokok daripada anak laki-laki. Remaja yang merokok kemungkinan untuk menjadi perokok berat di masa dewasa.

Lebih dari lima juta orang meninggal setiap tahun oleh karena penggunaan tembakau dan sekitar 1,5 juta nya adalah perempuan. Jika tidak segera diambil tindakan, penggunaan tembakau dapat membunuh lebih dari delapan juta orang pada tahun 2030 dan 2,5 juta nya adalah perempuan. Sekitar tiga perempat dari kematian perempuan akan terjadi pada negara dengan pendapatan yang rendah. Di beberapa negara, ancaman yang lebih besar pada perempuan adalah dari pajanan asap dari orang lain, khususnya laki-laki. Misalnya di China, dimana sepertiga dari populasi perokok dewasa di dunia. Hampir seluruhnya laki-laki dan hanya kurang dari 3% adalah perempuan. Namun lebih dari separuh wanita usia reproduksi Cina secara teratur terpajan asap rokok/tembakau dari pihak lain. Di seluruh dunia, dari sekitar 430 ribu kematian setiap tahun orang dewasa disebabkan oleh pajanan asap rokok/tembakau, sekitar 64% terjadi pada perempuan.

Untuk menggugah perhatian masyarakat dunia terhadap bahaya rokok/tembakau, sejak tahun 1988 diselenggarakan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia setiap tanggal 31 Mei dan pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun 2010 ini ditetapkan tema ”Gender and Tobacco with an Emphasis on Marketing to Women”. Tema ini berkaitan dengan upaya global dalam mengendalikan jumlah perokok terutama kelompok berisiko yaitu anak-anak dan perempuana dari bahaya asap rokok/tembakau. Sedangkan di Indonesia, temanya adalah “Gender dan Rokok dengan penekanan pemasaran pada perempuan”. Selain tema, juga ditetapkan slogan “ Saatnya kita lindungi anak dan perempuan dari bahaya rokok”. Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2010 berfokus pada kerugian pemasaran dan pajanan asap rokok/tembakau pada perempuan. Pada saat yang sama juga berusaha mengingatkan untuk tidak merokok di sekitar perempuan di rumah, di tempat kerja atau dimana saja. Sesungguhnya semua orang baik perempuan atau laki-laki harus dilindungi dari pemasaran industri tembakau dan pajanan asap rokok/tembakau, Banyak negara tidak melakukan upaya untuk melindungi rakyat mereka dari pajanan asap rokok/tembakau dari pihak lain. Banyak perempuan tidak tahu tentang kerugian yang diakibatkan pajanan asap rokok/tembakau atau merasa seolah-olah mereka tidak punya hak untuk mengeluh. Di banyak negara, perempuan tidak berdaya untuk melindungi diri mereka sendiri dan anak-anak mereka dari pajanan asap rokok/tembakau. Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa di Cina, di mana sebagian besar perokok adalah laki-laki dewasa dan lebih dari separuh wanita usia reproduksi secara teratur terpajan asap rokok/tembakau yang menempatkan diri mereka sendiri dan bayi yang belum lahir menjadi beresiko terkena penyakit.

WHO juga akan mendorong pemerintah untuk memberikan perhatian khusus untuk melindungi perempuan dari perusahaan industri tembakau “untuk memikat mereka pada ketergantungan nikotin”. sehingga pemerintah dapat mengurangi jumlah korban serangan jantung, stroke, kanker dan penyakit pernafasan yang telah menjadi semakin umum di kalangan perempuan. Pengendalian epidemi tembakau di kalangan perempuan merupakan bagian penting dari setiap strategi pengendalian tembakau secara komprehensif. Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun 2010 dirancang untuk memberi perhatian khusus terhadap efek berbahaya dari pemasaran tembakau terhadap perempuan dan anak. Hal ini juga akan menyoroti kebutuhan bagi hampir 170 pihak pada Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) WHO untuk melarang semua iklan rokok, promosi dan sponsor sesuai dengan konstitusi atau prinsip-prinsip konstitusional.
Sayangnya hanya kurang dari 9% dari negara-negara di dunia melakukan pelarangan iklan atau promosi rokok secara komprehensif dan hanya sekitar 5,4% yang dilindungi oleh undang-undang. Pengendalian epidemi tembakau di kalangan perempuan merupakan bagian penting dari setiap strategi pengendalian tembakau. Direktur Jenderal WHO Margaret Chan mengatakan, "Melindungi dan meningkatkan kesehatan perempuan sangat penting untuk kesehatan dan pembangunan, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga untuk generasi mendatang".

Referensi :

Centers for Disease Control and Prevention: Smoking and Tobacco Use. Available from http://www.cdc.gov/tobacco/basic_information/index.htm

Framework Convention Alliance : World No Tobacco Day targets women Available from http://www.fctc.org/index.php?option=com_content&view=article&id=337:world-no-tobacco-day-targets-women&catid=235:advertising-promotion-and-sponsorship&Itemid=239

Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI :Saatnya Melindungi Perempuan darin Bahaya Rokok. Available from http://www.depkes.go.id/index.php/component/content/article/43-newsslider/1090-saatnya-melindungi-perempuan-dari-bahaya-rokok.html

Tobacco Control Resource Centre, available from http://www.tobacco-control.org/

World Health Organization: Tobacco Free Initiative. Available from http://www.who.int/tobacco/en/

World Health Organization : World No Tobacco Day 2010 focuses on the marketing of tobacco to women available from http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2010/women_tobacco_20100528/en/index.html

WHO Report on the Global Tobacco Epidemic, 2009: Implementing smoke-free environments. Available from http://www.who.int/tobacco/mpower/2009/en/index.html











Gangguan Pernafasan pada Lanjut Usia

Jumat, 28 Mei 2010


Pada tahun 2010 jumlah warga lanjut usia (lansia) di Indonesia akan mencapai 19.079.800 jiwa (BAPPENAS, BPS, UNFPA. 2005); pada tahun 2014 akan berjumlah 22.232.200 jiwa atau 9,6% dari total penduduk dan pada tahun 2025 akan meningkat sampai 414% dibandingkan tahun 1990 (WHO, 2000). Sebagai akibatnya akan terjadi transisi demografi dan transisi epidemiologi karena jumlah pasien lansia yang meningkat. Karakteristik pasien lanjut usia adalah multipatologi (satu pasien terdapat lebih dari satu penyakit yang umumnya penyakit bersifat kronik degeneratif), menurunnya daya cadangan fungsional menyebabkan pasien lansia amat mudah jatuh dalam kondisi gagal pulih, terjadi perubahan gejala dan tanda penyakit dari yang klasik, terganggunya kemampuan pasien lansia untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan sering terdapat gangguan nutrisi, gizi kurang atau gizi buruk.
Pertambahan usia dapat mengurangi semua kapasitas dari fungsi paru. Terdapat beberapa perubahan pada sistem pernafasan yang terjadi seiring dengan penambahan usia yaitu
(1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan dangkal
(2) Penurunan aktivitas silia yang menyebabkan berkurangnya reflek batuk sehingga berpotensi terjadi penumpukan sekret
(3) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang yang menyebabkan terganggunya proses difusi
(4) Penurunan oksigen (O2) arteri yang mengganggu proses oksigenasi dan transport O2 ke jaringan
(5)Terjadi penurunan kemampuan reaksi sistem saraf pusat, baik anatomis, mekanik dan fungsional.
Perubahan status fungsional lansia seperti gangguan makan, ketidakmandirian toileting dan immobilitas merupakan suatu penyebab terjadinya infeksi. Lansia sangat rentan terhadap berbagai kondisi akut akibat gangguan kesehatan, diantaranya adalah infeksi saluran pernafasan yang merupakan penyebab kematian tertinggi dan penyebab penurunan kualitas hidup yang paling bermakna. Rentannya lansia terhadap infeksi disebabkan karena menurunnya fungsi kekebalan tubuh yang mengakibatkan respon pertahanan tubuh terhadap infeksi menjadi berkurang. Dampak yang diakibatkan meliputi masa rawat yang lebih panjang, biaya rawat yang lebih besar serta sering timbulnya komplikasi berat sehingga menimbulkan penurunan kualitas hidup. Infeksi saluran nafas atas dan influenza malah sering berlanjut menjadi pneumonia yang gejala dan tanda pneumonia pada lansia sering tidak khas yang menyebabkan keterlambatan diagnosis, belum lagi meningkatnya resistensi mikroba terhadap antibiotika.

*** Not only add years to life, but also life to years ***
Jangan hanya menambah tahun pada kehidupan, tetapi juga menambah kehidupan pada tahun-tahun tersebut
(dalam rangka memperingati Hari Lansia Nasional, 29 Mei 2010)

Referensi
Burn R, Nichols LO, Martindale-Adams J, Graney MJ. 2000. Interdisciplinary geriatric primary care evaluation and management: two years outcomes. J Am Geriatr Soc;48:8-13.

Falsey, Hennessey RN, Formica MA, et al. 2005. Respiratory Syncitial Virus Infection in elderly and high risk adults. N Engl J Med;352:1749-59.

Geffen L, MBChB, MCFP(SA) SA Fam Pract.2006. Common upper respiratory tract problems in the elderly – A guide to clinical diagnosis and prudent prescription:48(5) p.20-23.

Ross, K. M.D., Ph.D. 25 februari 2010 Aging and the Respiratory System http://www.asahq.org/clinical/geriatrics/aging.htm. Brian.Associate Professor of Anesthesiology University of Washington, Seattle, WA 98195






Terbang Tanpa Tertular Penyakit

Sabtu, 22 Mei 2010


Badan nyeri, sakit kepala,kaki pegal dan flu pun kerap terasa saat penerbangan berakhir. Menurut para ahli medis, banyak faktor yang bisa menjadi pemicu. Salah satu yang menjadi perhatian adalah faktor kelembaban di dalam kabin pesawat yang rendah yang terjadi di ketinggian 30-35 ribu kaki. Pada kondisi tersebut kelembaban biasanya berkisar 10% atau lebih rendah. Pada tingkat kelembaban yang rendah, sistem ketahanan alami lendir pada hidung maupun tenggorokan langsung mengering yang membuat tubuh lebih toleran terhadap kuman.Oleh karena itu mengkonsumsi minuman panas merupakan cara yang tepat untuk melindungi kerja mukus pada hidung. Air panas memberikan kelembaban dalam bentuk uap. Kekeringan pada hidung dan tenggorokan ini harus diimbangi dengan konsumsi air yang banyak karena kondisi ini tidak hanya bisa memicu dehidrasi tetapi juga bisa membuat sakit kepala, gangguan lambung dan pernafasan, kram dan rasa lelah.
Sebuah studi yang dipaparkan dalam Journal of Environmental Health Research mengungkapkan bahwa orang memiliki kemungkinan 100 kali lebih terserang flu ketika berada didalam pesawat terbang. Studi ini sebenarnya lebih memfokuskan pada tingginya potensi perpindahan kuman antar penumpang karena udara yang sama dihirup oleh ratusan penumpang. Selain itu kontaminasi kuman pada tangan bisa menyebabkan timbulnya penyakit.
Selain faktor kelembaban dan tekanan udara dalam kabin pesawat, gangguan tersebut bisa disebabkan oleh kualitas tidur yang kurang baik, stress karena antrean panjang di tempat check in serta penundaan atau keterlambatan jadwal penerbangan. Belum lagi rasa tidak nyaman karena duduk terlalu lama, guncangan atau kebisingan mesin pesawat. Malahan asap mesin yang sewaktu-waktu masuk kedalam kabin.
Berikut ini adalah hal-hal yang bisa dilakukan saat penerbangan
1. Minum air yang cukup
Konsumsi air secara regular atau sedikit demi sedikit selama perjalanan lebih efektif daripada meneguk air dalam jumlah banyak tetapi hanya sekali selama perjalanan.Hindari yang mengandung kafein dan soda

2. Menjaga kebersihan tangan
Mencuci tangan dengan sabun atau dengan cairan antiseptik adalah suatu cara untuk mencegah perpindahan kuman berbahaya. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan.

3. Gunakan tisu
Di toilet sebaiknya gunakan tisu untuk menutupi kloset atau saat membuka pintu toilet karena disanalah tempat berkumpulnya kuman-kuman yang bisa mengendap di kulit

4. Kumur-kumur
Dengan cairan antibakterial selama penerbangan maupun setelahnya. Cairan ini mampu menjaga kelembaban mulut dan tenggorokan.

5. Gunakan masker
Penggunaan masker saat sakit untuk mencegah penularan penyakit dan penggunaan masker juga untuk mencegah tertular penyakit.
Memang kurang nyaman,tetapi lebih aman,…

(Dari berbagai sumber)

7 LANGKAH DALAM DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA

Kamis, 20 Mei 2010


Seberapa sering kita mendiagnosa suatu penyakit akibat kerja? Atau mungkin pernahkah kita mendiagnosa penyakit akibat kerja? Seringkah menanyakan riwayat pekerjaan pasien?
Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang mempunyai penyebab spesifik atau asosiasi kuat dengan pekerjaan yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui. Memang bukan hal yang mudah bagi dokter untuk mendiagnosa penyakit akibat kerja, kerena tidak hanya memerlukan suatu pendekatan klinis (individu) saja tetapi juga memerlukan pendekatan epidemiologis (Komunitas) untuk identifikasi hubungan kausal antara pajanan dan penyakit. Keberhasilan identifikasi PAK dibebagai kelompok pekerjaan tergantung dari riwayat pasien secara keseluruhan yang dipertegas dengan pemeriksaan laboratorium (Biomonitoring dan tes klinik), penilaian pajanan lingkungan secara tepat dengan memperhatikan legalitas, etika dan faktor sosioekonomi.Berikut ini 7 langkah dalam diagnosis PAK :

1.Menentukan diagnosis klinis
Untuk menyatakan bahwa suatu penyakit adalah akibat hubungan pekerjaan harus dibuat diagnosis klinis dahulu
2.Menentukan pajanan yang dialami individu tersebut dalam pekerjaan
Identifikasi semua pajanan yang dialami oleh pekerja tersebut.Untuk itu perlu dilakukan anamnesis pekerjaan yang lengkap dan kalau perlu dilakukan pengamatan ditempat kerja dan mengkaji data sekunder yang ada
3.Menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dengan penyakit
Untuk menentukan adakah hubungan antara pajanan dan penyakit harus berdasarkan evidence yang ada dan dapat dilihat dari bukti yang ada
4.Menentukan apakah pajanan yang dialami cukup besar
Penentuan besarnya pajanan dapat dilakukan secara kuantitatif dengan melihat data pengukuran lingkungan dan masa kerja atau secara kualitatif dengan mengamati cara kerja pekerja
5.Menentukan apakah ada peranan faktor-faktor individu itu sendiri
Hal-hal yang dapat mempercepat terjadinya penyakit akibat kerja atau sebaliknya menurunkan kemungkinan penyakit akibat hubungan kerja seperti faktor genetik atau kebiasaan memakai alat pelindung yang baik
6.Menentukan apakah ada faktor lain diluar pekerjaan
Misalnya Kanker paru dapat disebabkan oleh asbes dan bisa juga disebabkan oleh kebiasaan merokok
7.Menentukan diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Apabila dapat dibuktikan bahwa paling sedikit ada satu faktor pekerjaan yang berperan sebagai penyebab penyakit dapat dikategorikan penyakit akibat kerja.

Sehingga sangat penting bagi dokter untuk menanyakan pekerjaan pasien saat membuat suatu diagnosis klinis dan mengkaji apakah penyakit yang terjadi akibat pajanan dari lingkungan kerja dan kemudian mampu untuk menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.

Referensi
1.Barry S. Levy, David H. Wegman. Occupational Health : Recognizing and Preventing Work Related Disease. Edisi ke-3,2006
2.De Vuyst P, Gevenois PA : Occupational Disesase.Eds WB Saunders, London,2002
3.Direktorat Bina Kesehatan Kerja. Pedoman Tata Laksana Penyakit Akibat Kerja bagi Petugas Kesehatan, Departemen Kesehatan,2008
4.Week,Jl. Gregory R. Wagner, Kathleen M. Rest, Barry S. Levy. A public Health Approach to Preventing Occupational Disesase and Injuries in Preventing Occupational Disease and Injuries. Edisi ke-2, APHA, Washington,2005

HARI ASMA SEDUNIA 2010

Rabu, 05 Mei 2010


Kegiatan Hari Asma Sedunia diselenggarakan di setiap negara oleh para praktisi kesehatan dan anggota masyarakat yang ingin membantu mengurangi beban kesehatan karena asma. Pertama kali kegiatan ini diadakan pada tahun 1998 di Barcelona Spanyol dan dirayakan di lebih 35 negara. Sejak saat itu partisipasi negara-negara kian meningkat dan menjadi salah satu kesadaran terhadap asma paling penting di dunia dan dikegiatan pendidikan. Hari Asma Sedunia dicanangkan oleh Global Initiative for Asthma (GINA) yang merupakan organisasi kerja sama WHO dengan National Hearth, Lung and Blood Institute Amerika Serikat. Hari Asma Dunia 2010 diselenggarakan pada tanggal 4 Mei 2010 sebagai suatu wujud kemitraan untuk meningkatkan kesadaran tentang asma dan meningkatkan perawatan asma di seluruh dunia. Tema Hari Asma Sedunia kali ini mengambil tema “You Can Control Your Asthma.” Masih seperti tahun sebelumnya, acara masih menitikberatkan pada tema yang telah diperkenalkan Hari Asma Sedunia tahun 2007 yang lebih menekankan pada kontrol asma sesuai dengan panduan terbaru dari GINA.
Tahun ini juga merupakan suatu kampanye global untuk mendorong pemerintah, Departemen Kesehatan dan organisasi kesehatan profesional lainnya untuk meningkatkan kontrol terhadap asma dan mengurangi rawat inap karena asma sebanyak 50% pada tahun 2015. Asma terkontrol adalah tujuan pengobatan dan dapat dicapai pada sebagian besar pasien asma dengan pengelolaan yang baik. Asma dikatakan terkontrol bila :
• Tidak ada (atau minimal) gejala-gejala asma.
• Tidak bangun di malam hari karena asma.
• Tidak ada (atau minimal) penggunaan obat pelega (reliever)
• Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dengan normal dan berolahraga
• Normal (atau mendekati normal) hasil uji fungsi paru (PEF dan FEV 1)
• Tidak ada (atau sangat jarang) terjadinya serangan asma
Sebuah strategi untuk mencapai dan mempertahankan asma terkontrol telah diatur pada GINA Strategi Global untuk manajemen Asma dan Pencegahan, yang meliputi 4 komponen yaitu
• Mengembangkan kemitraan dokter-pasien
• Mengidentifikasi dan mengurangi paparan faktor resiko
• Menilai dan memonitor asma
• Mengelola eksaserbasi asma

Saat ini diperkirakan 300 juta penduduk dunia menderita asma, prevalensi penyakit ini pun semakin meningkat dari tahun ketahun baik di negara maju maupun di negara berkembang. Di Indonesia dari rangkuman beberapa penelitian tampak terjadi peningkatan prevalensi asma dari 4,2 % menjadi 5,4%. Kota Jakarta memiliki prevalensi asma yang cukup besar yaitu mencapai 7,2%. Dampak asma juga ditunjukan pada penelitian di Amerika Serikat. Penderita asma kehilangan 10.1 juta hari sekolah atau dua kali lebih besar dibandingkan anak yang tidak menerita asma, menyebabkan 12,9 juta kunjungan ke dokter dan perawatan di rumah sakit pada 200.000 penderita per tahun. Survey yang sama juga menunjukan adanya keterbatasan aktivitas pada 30% penderita asma dibandingkan hanya 5% pada yang bukan menderita asma.
Penelitian pada asma dewasa, dikatakan jumlah pekerja yang absen karena asma lebih dari enam hari pertahun mencapai 19,2% pada penderita asma sedang sampai berat, serta 4,4% pada penderita asma ringan. Laporan dari Centers for Disease Control and Prevention di Amerika Serikat melaporkan terdapat sekitar 2 juta penderita asma mengunjungi Unit Gawat Darurat dengan 500.000 penderita diantaranya harus mendapat perawatan di rumah sakit tiap tahunnya. Ditinjau dari segi biaya pengobatan asma bisa dikatakan tidak murah. Di negara maju biaya pengobatan setiap penderita asma berkisar 300-1300 US$ per tahun. Di Amerika Serikat secara keseluruhan mencapai 12 milyar US$ per tahun baik itu biaya langsung seperti biaya dokter, obat dan rumah sakit serta biaya tidak langsung akibat hilangnya produktivitas kerja. Semua beban akibat asma tersebut disebabkan oleh karena asma yang tidak terkontrol sehingga pengobatan asma yang efektif untuk mencapai asma yang terkontrol akan bisa mengembalikan penderita pada kehidupan yang normal dan juga menguntungkan dari segi ekonomis bagi penderita, keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Tujuan utama pengobatan asma adalah mencapai dan mempertahankan keadaan asma yang terkontrol. Pada penelitian di beberapa multi center hanya 5% di Eropa Barat dan 2,5% di Asia Pasifik penderita asma yang terkontrol baik. Dari sekian banyak faktor yang menyebabkan kontrol asma yang rendah terdapat dua faktor yang tampaknya memegang andil besar yaitu faktor dokter dan pasien. Dokter terlalu rendah menilai asma dan kemudian meresepkan obat yang tidak adekuat. Obat pengontrol asma seperti kortikosteroid inhalasi sangat rendah pemakaiannya, para dokter lebih suka menggunakan obat pelega dan bahkan obat batuk dan antibiotika yang seharusnya tidak diperlukan. Dilain sisi pasien merasa dirinya sudah terkontrol, apalagi adanya pemahaman “No symptoms No Asthma” menyebabkan pasien hanya berobat kalau ada gejala saja tanpa perlu memakai obat pengontrol.
Saat ini peneliti berupaya untuk menentukan alat ukur yang bisa mewakili kontrol asma secara keseluruhan mulai dari pengukuran salah satu variable sampai pada gabungan beberapa variable sehingga sasaran pengobatan menjadi jelas. Saat ini setidaknya terdapat 5 alat ukur berupa kuisioner baik atau dengan pemeriksaan fungsi paru. Salah satunya adalah Asthma Control Test (ACT) yang di perkenalkan oleh Nathan dkk tahun 2004. Kuisioner ACT ini telah diuji coba di Poliklinik alergi-imunologi klinik Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM dengan hasil keandalan internal 83%, keandalan interklas 92% kesahihan dengan fungsi paru 24%, dan kesahihan dengan penilaian klinis 74% sehingga dapat disimpulkan ACT ini dapat dipakai di masyarakat kita. Manfaat dari asma yang terkontrol dapat menurunkan kunjungan ke Unit Gawat Darurat dan merunkan perawatan di rumah sakit.
Kontrol asma di Indonesia termasuk rendah karena pengetahuan dokter dan masyarakat masih kurang. Terdapat suatu penelitian kalau penggunaan kortikosteroid inhalasi masih kurang di Indonesia dan pemeriksaan fungsi paru hanya 1,5% yang dilakukan secara teratur. Selain kendala pengetahuan, menurut GINA distribusi obat di Indonesia masih belum baik selain ketidakmampuan dan daya beli masyarakat yang tinggi. Perlunya upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang asma kepada petugas kesehatan dan juga pada masyarakat. Bantuan pemerintah dalam memproduksi obat asma yang murah yang terjangkau juga merupakan hal yang penting terutama obat-obat kortikosteroid inhalasi maupun kombinasi kortikosteroid dan agonis beta-2 inhalasi kerja panjang/lama.
Pada Hari Asma Sedunia tahun ini, dingatkan akan pentingnya penatalaksanaan asma yang baik akan mencapai kondisi asma yang terkontrol sehingga kualitas hidup penderita akan meningkat dan akhirnya sejalan dengan program pemerintah untuk mewududkan masyarakat Indonesia yang sehat dan berkualitas.