Gangguan Pernafasan pada Lanjut Usia
Jumat, 28 Mei 2010
Pada tahun 2010 jumlah warga lanjut usia (lansia) di Indonesia akan mencapai 19.079.800 jiwa (BAPPENAS, BPS, UNFPA. 2005); pada tahun 2014 akan berjumlah 22.232.200 jiwa atau 9,6% dari total penduduk dan pada tahun 2025 akan meningkat sampai 414% dibandingkan tahun 1990 (WHO, 2000). Sebagai akibatnya akan terjadi transisi demografi dan transisi epidemiologi karena jumlah pasien lansia yang meningkat. Karakteristik pasien lanjut usia adalah multipatologi (satu pasien terdapat lebih dari satu penyakit yang umumnya penyakit bersifat kronik degeneratif), menurunnya daya cadangan fungsional menyebabkan pasien lansia amat mudah jatuh dalam kondisi gagal pulih, terjadi perubahan gejala dan tanda penyakit dari yang klasik, terganggunya kemampuan pasien lansia untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari dan sering terdapat gangguan nutrisi, gizi kurang atau gizi buruk.
Pertambahan usia dapat mengurangi semua kapasitas dari fungsi paru. Terdapat beberapa perubahan pada sistem pernafasan yang terjadi seiring dengan penambahan usia yaitu
(1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan dangkal
(2) Penurunan aktivitas silia yang menyebabkan berkurangnya reflek batuk sehingga berpotensi terjadi penumpukan sekret
(3) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang yang menyebabkan terganggunya proses difusi
(4) Penurunan oksigen (O2) arteri yang mengganggu proses oksigenasi dan transport O2 ke jaringan
(5)Terjadi penurunan kemampuan reaksi sistem saraf pusat, baik anatomis, mekanik dan fungsional.
Perubahan status fungsional lansia seperti gangguan makan, ketidakmandirian toileting dan immobilitas merupakan suatu penyebab terjadinya infeksi. Lansia sangat rentan terhadap berbagai kondisi akut akibat gangguan kesehatan, diantaranya adalah infeksi saluran pernafasan yang merupakan penyebab kematian tertinggi dan penyebab penurunan kualitas hidup yang paling bermakna. Rentannya lansia terhadap infeksi disebabkan karena menurunnya fungsi kekebalan tubuh yang mengakibatkan respon pertahanan tubuh terhadap infeksi menjadi berkurang. Dampak yang diakibatkan meliputi masa rawat yang lebih panjang, biaya rawat yang lebih besar serta sering timbulnya komplikasi berat sehingga menimbulkan penurunan kualitas hidup. Infeksi saluran nafas atas dan influenza malah sering berlanjut menjadi pneumonia yang gejala dan tanda pneumonia pada lansia sering tidak khas yang menyebabkan keterlambatan diagnosis, belum lagi meningkatnya resistensi mikroba terhadap antibiotika.
*** Not only add years to life, but also life to years ***
Jangan hanya menambah tahun pada kehidupan, tetapi juga menambah kehidupan pada tahun-tahun tersebut
(dalam rangka memperingati Hari Lansia Nasional, 29 Mei 2010)
Referensi
Burn R, Nichols LO, Martindale-Adams J, Graney MJ. 2000. Interdisciplinary geriatric primary care evaluation and management: two years outcomes. J Am Geriatr Soc;48:8-13.
Falsey, Hennessey RN, Formica MA, et al. 2005. Respiratory Syncitial Virus Infection in elderly and high risk adults. N Engl J Med;352:1749-59.
Geffen L, MBChB, MCFP(SA) SA Fam Pract.2006. Common upper respiratory tract problems in the elderly – A guide to clinical diagnosis and prudent prescription:48(5) p.20-23.
Ross, K. M.D., Ph.D. 25 februari 2010 Aging and the Respiratory System http://www.asahq.org/clinical/geriatrics/aging.htm. Brian.Associate Professor of Anesthesiology University of Washington, Seattle, WA 98195
Related Posts:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
Apa semua lansia akan seperti itu dok? rasanya takut mjd tua,...
29 Mei 2010 pukul 06.03Memerlukan Pengkajian Geriatri Paripurna ya dok,..
29 Mei 2010 pukul 06.27menurut penelitian,setelah umur 30 tahun,tubuh mengalami penurunan fungsi organ sebanyak 1%,jadi setelah umur 80 th,penurunan fungsi organnya sudah 50%,beruntung bgt orang yang mampu melewati angka itu.saya suka bait kalimat yg anda tulis,menjadi salah satu insprisai dalam hidup.....
1 Juni 2010 pukul 04.25Posting Komentar