Smoking is highly addictive, don't start

don't make them breathe your smoke

Smoking when pregnant harms your baby

Smokers die younger
World Health Day 2011 web button

MEMERANGI RESISTENSI OBAT : No Action Today, No Cure Tomorrow

Rabu, 06 April 2011


Hari Kesehatan Sedunia dirayakan setiap tanggal 7 April untuk menandai berdirinya WHO pada tahun 1948 dan mulai sejak tahun 1950, Hari Kesehatan Sedunia mulai dirayakan setiap tahunnya. WHO memilih satu masalah kesehatan setiap tahunnya sebagai tema dan mengajak masyarakat seluruh dunia untuk meningkatkan semangat, kepedulian, komitmen dan gerak nyata dalam mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan secara optimal. Pada hari Kesehatan Sedunia diluncurkan program-program advokasi jangka panjang yang akan terus berlanjut.

Tahun ini WHO menetapkan tema “Combat Drug Resistance” sedangkan Indonesia memilih tema “Gunakan Antibiotik Secara Tepat untuk Mencegah Kekebalan Kuman”. Tema ini dipilih karena penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat membahayakan kesehatan masyarakat secara global maupun secara individu. Hal itu juga sejalan dengan salah satu tujuan kebijakan obat nasional yaitu penggunaan obat secara rasional.

Obat antimikroba adalah obat digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme, termasuk bakteri, jamur, parasit dan virus. Penemuan obat antimikroba adalah salah satu dari kemajuan yang sangat penting dalam sejarah kesehatan selama 70 tahun terakhir. Antimikroba termasuk antibiotik, obat kemoterapi, obat antijamur, obat antiparasit dan obat antivirus. Sedangkan resistensi antimikroba (Antimicrobial resistance/AMR) adalah resistensi mikroorganisme pada obat antimikroba untuk yang sebelumnya sensitif. Organisme yang resisten ( bakteri, virus dan beberapa parasit) mampu menahan serangan obat-obatan antimikroba, sehingga pengobatan standar menjadi tidak efektif dan infeksi tetap berlanjut dan dapat menyebar kepada orang lain. AMR merupakan konsekuensi dari penggunaan, terutama penyalahgunaan obat-obatan antimikroba dan terjadi karena mutasi mikroorganisme atau terjadinya resistensi gen.

Penggunaan obat secara rasional (POR) yaitu pasien mendapatkan pengobatan sesuai kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang tepat bagi kebutuhan individualnya untuk waktu yang cukup dan biaya yang terjangkau bagi diri dan komunitasnya. Jadi POR memiliki empat aspek yaitu pengobatan tepat, dosis tepat, lama penggunaan yang tepat serta biaya yang tepat.Penggunaan obat yang tidak rasional terjadi di seluruh dunia. Ditandai, penggunaan obat terlalu banyak/tidak sesuai dosis dan lama konsumsi tidak tepat, peresepan obat tidak sesuai diagnosis serta pengobatan sendiri dengan obat yang seharusnya dengan resep dokter.

Hal ini sesuai dengan beberapa fakta yang tejadi di dunia saat ini :
• Infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang resisten sering kali gagal merespon pengobatan yang konvensional dan menyebabkan penyakit yang berkepanjangan dan menyebabkan resiko kematian yang lebih besar.
• Sekitar 440.000 kasus baru multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB) muncul setiap tahun, menyebabkan setidaknya 150.000 kematian.
• Resistensi terhadap obat antimalaria generasi lama seperti klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin tersebar luas di negara-negara dengan endemik malaria
• Tingginya persentase dari infeksi yang didapat di rumah sakit (hospital-acquired infections) disebabkan oleh bakteri yang sangat resisten seperti methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA).
• Tidak tepat dan tidak rasionalnya penggunaan rasional obat antimikroba memberikan kondisi yang menguntungkan bagi mikroorganisme yang resistan untuk tetap tumbuh menyebar dan bertahan hidup.

Lebih dari 50 persen obat-obatan diresepkan, diberikan atau dijual tidak semestinya. Akibatnya lebih dari 50 persen pasien gagal mengkonsumsi obat secara tepat. Padahal, penggunaan obat berlebih, kurang atau tidak tepat akan berdampak buruk pada manusia dan menyia-nyiakan sumber daya. Lebih dari 50 persen negara di dunia tidak menerapkan kebijakan dasar untuk mempromosikan penggunaan obat secara rasional (POR). Di negara-negara berkembang, kurang dari 40 persen pasien di sektor publik dan 30 persen di sektor swasta diberikan perawatan sesuai panduan klinis.

AMR menjadi perhatian global


• Infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang resisten sering gagal untuk merespon pengobatan standar, mengakibatkan sakit yang berkepanjangan dan resiko kematian yang lebih besar.
• AMR mengurangi efektivitas pengobatan karena pasien tetap menular, sehingga berpotensi menyebarkan mikroorganisme yang resisten tersebut kepada orang lain.
• AMR mengancam kembali ke era pra-antibiotik.Banyak penyakit menular risiko menjadi tak terkendali dan bisa menyebabkan kegagalan untuk mencapai target PBB pada MDG’s tahun 2015
• Pencapaian kedokteran modern saat ini berada dalam risiko oleh AMR. Tanpa adanya antimikroba yang efektif untuk perawatan dan pencegahan infeksi, keberhasilan terapi sulit tercapai seperti transplantasi organ, kemoterapi kanker dan operasi besar
• Bila infeksi yang terjadi resisten terhadap obat lini pertama, terapi yang lebih mahal harus digunakan. Penyakit dan pengobatan dengan durasi lebih panjang, sering dirawat di rumah sakit, meningkatkan biaya kesehatan dan beban keuangan untuk keluarga dan masyarakat.
• Pencapaian kedokteran modern berada dalam risiko oleh AMR. Tanpa antimikroba yang efektif untuk perawatan dan pencegahan infeksi, keberhasilan terapi seperti transplantasi organ, kemoterapi kanker dan operasi besar akan dikompromikan.
• Pertumbuhan perdagangan global dan perjalanan ke antar negara dan benua memungkinkan penyebaran mikroorganisme yang resisten dapat menyebar dengan cepat

Tidak tepat dan tidak rasionalnya penggunaan obat, memberikan kondisi yang menguntungkan bagi mikroorganisme yang resisten untuk tetap berkembang dan menyebar. Misalnya, ketika pasien tidak meminum obat antimikroba seperti yang ditentukan atau ketika obat antimikroba berkualitas buruk yang digunakan, maka mikroorganisme yang resisten tetap dapat berkembang dan menyebar. Faktor-faktor yang mendasari terjadinya AMR

• Tidak komitmennya kebijakan nasional untuk merespon secara komprehensif, terkoordinasi, akuntabilitas serta kurang melibatkan masyarakat
• Pengawasan dan sistem pemantauan yang lemah atau bahkan tidak ada
• Sistem yang tidak memadai untuk menjamin kualitas obat yang beredar
• Tidak tepat dan tidak rasional penggunaan obat-obatan, termasuk di peternakan
• Kurangnya pencegahan infeksi dan penegendalian praktek kesehatan
• Kurang cakapnya dalam penegakan diagnosis, obat-obatan dan vaksin serta penelitian yang kurang serta tidak ada pengembangan produk baru.

Munculnya AMR merupakan masalah yang kompleks yang didorong oleh faktor saling berhubungan. Perhatian penuh pada multi-sektoral secara global dan nasional sangat diperlukan untuk memerangi ancaman dari AMR.Oleh karena itu, WHO bergerak untuk menanggulangi AMR ini melalui :

• Kebijakan dan dukungan dalam pengawasan, bantuan teknis, sosialisasi pengetahuan dan kemitraan, termasuk melalui pencegahan penyakit dan program pengendalian
• Menjaga kualitas obat, penyediaan dan pemanfaatan yang rasional
• Pencegahan dan pengendalian infeksi;
• Menjaga keselamatan/kesehatan pasien
• Jaminan mutu laboratorium.

Rendahnya kesadaran masyarakat dalam penggunaan obat yang tidak rasional perlu diwaspadai dampaknya, khususnya pada generasi muda mendatang. Apalagi pemakaian antibiotika yang tidak berdasarkan ketentuan (petunjuk dokter) menyebabkan tidak efektifnya obat tersebut sehingga kemampuan membunuh kuman berkurang atau resisten. Jika hal itu terjadi, generasi muda mendatang akan mengalami kerugian yang sangat besar. Akan banyak penyakit yang tidak dapat lagi disembuhkan akibat resistensi. Sedangkan untuk mengembangkan antibiotik yang baru diperlukan waktu dan biaya yang sangat besar. Untuk itu perlu penggunaan obat secara rasional untuk mencegah masalah besar di masa yang akan datang. Langkah-langkah antisipasi untuk meningkatkan perilaku penggunaan obat secara rasional sudah saatnya dilakukan. Upaya itu meliputi pendidikan masyarakat, pengawasan kepada petugas kesehatan dan ketersediaan obat secara simultan yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak-pihak terkait.

WHO telah memilih “Memerangi resistensi antimikroba” sebagai tema Hari Kesehatan Sedunia 2011. WHO mengharapkan agar hari kesehatan dunia ini sebagai momentum untuk aksi bersama dalam menghentikan penyebaran resistensi antimikroba. WHO menyerukan kepada semua pemangku kebijakan, termasuk para pembuat kebijakan dan perencana, masyarakat dan pasien, praktisi dan pemberi resep obat, apoteker dan industri farmasi, untuk bertindak dan turut serta untuk memerangi resistensi antimikroba.

0 komentar:

Posting Komentar